Liputan6.com, London : Suzanne (30) tak pernah
menyangka ia menikahi seorang pria yang kejam. Demi menghindari siksaan
suaminya, Gardener Jason (40), Suzanne sampai 13 kali hamil selama 9
tahun pernikahan.
Pertama kali berjumpa, Jason terlihat begitu baik. Namun, semua berubah hanya dalam 2 minggu.
Suzanne
bertemu denga Jason di sebuah klub ketika ia berumur 19 tahun. Keduanya
pun mulai berkencan. Suzanne yang bekerja sebagai asisten perawatan di
panti jompo memang tertarik dengan ketampanan Jason.
"Saya langsung suka Jason. Dia begitu tampan dan saya naksir dia," ujar Suzanne seperti dikutip
TheSun, Senin (6/5/2013).
"Dia
begitu cerdas pada awalnya dan dia mau melakukan segalanya untuk saya.
Dia memperlakukan saya dengan sopan. Itulah pertama kalinya seseorang
membuatkan saya secangkir teh di pagi hari. Ia membersihkan kaki saya,"
tambahnya.
"Tapi itu hanya berlangsung dua minggu dalam hubungan
sebelum ia berubah menjadi kejam. Dia berubah dengan membalik tempat
tidur dan mencoba mencekik saya," ujarnya.
Pada malam itu, lanjut
Suzanne, Jason memukulnya hingga matanya bengkak hitam. Bahkan,
kakaknya yang harus membantunya menyeberangi jalan karena Suzanne tak
bisa melihat.
"Jason 10 tahun lebih tua dari saya dan saya takut padanya".
Suzanne
begitu takut meninggalkan Jason. Dan tak lama setelah berhubungan ia
pun hamil anak Jason. Namun tragis, bayi itu meninggal setelah 5 jam
lahir.
"Saya tahu kalau saya ingin bayi yang lainnya dan saya
berpikir jika saya tinggal dengan Jason dia akan memberikannya. Jason
menanyakan saya maukan menikah dengannya setahun setelah kami bertemu
dan saya katakan hal itu. Saya begitu takut mengatakan tidak".
Setelah
menjalani bahtera rumah tangga selama 9 tahun lebih, Suzanne sudah
hamil 12 kali. Menurutnya, kehamilan bisa membuatnya merasa aman.
"Ketika
saya hamil itulah waktunya saya merasa aman. Jason tak akan melayangkan
tangannya ke saya. Saya sudah 9 kali keguguran dan melahirkan empat
kali, dengan tiga anak kami miliki," katanya.
Meskipun demikian,
Suzanne tak bisa menjamin dirinya bisa aman. Ia kerap melaporkan ulah
suaminya ke polisi karena sudah menyiksanya. Tapi, setiap melapor
Suzanne segera mundur.
"Ketika Jason jahat dia sungguh jahat, tapi ketika dia baik, dia benar-benar baik".
Jason
akan selalu memohon maaf dan berjanji tak akan pernah mengulanginya.
Bahkan ia menangis sampai Suzanne tak tega melihatnya.
"Saya benar-benar tenggelam dalam depresi yang benar-benar mendalam".
Suzanne
mengaku, kekejaman yang dilakukan suaminya itu menghancurkan rasa
percaya dirinya sehingga ia merasa memerlukan Jason dan tak bisa pergi
darinya.
"Saya berkata pada diri sendiri kalau saya harus tinggal
bersamanya demi anak-anak, bahwa saya tak bisa mengatasinya sendiri.
Dia sudah menghancurkan semua rasa harga diri saya. Saya mencoba menjadi
istri yang baik. Saya memasak, membersihkan. Saya terus berpikir bisa
mengubahnya. Tapi dia tak bisa berubah".
Berusaha MelawanTitik
kesabaran Suzanne berakhir pada 2009. Jason menyerangnya ketika ia
hamil anak ketiga. Lututnya ditendangkan ke perut Suzanne dengan keras
hingga hatinya sakit, tapi beruntung Suzanne tak kehilangan bayinya.
"Ini pertama kalinya dia melakukannya ketika saya hamil. Kami bertengkar malam itu karena saya sudah muak dengannya".
"Saya
pikir dia tersentak karena sekarang dia tahu kalau saya tak terikat
secara emosional dengannya dan tak ingin mempertahankan".
Luka
yang disebabkan ulah Jason begitu buruk sehingga polisi dan petugas
sosial terlibat. Suzanne pun akhirnya meninggalkan Jason demi kebaikan.
Jason
juga diperintahkan dilarang mendekati Suzanne, tapi itu hanya
berlangsung dua bulan dan ia kemudian masuk ke rumahnya dengan serangan
yang biadab.
Jason masuk ke rumahnya dan membangunkan Suzanne
dengan meludahi wajahnya. Jason mengatakan: "Anda tak akan hidup pada
jam 7 pagi".
Jason menusuk mata Suzanne dan menyeret rambutnya dari tempat tidur dan menuruni tangga.
Suzanne dari Worcester mengatakan, saat itu mulut Jason berbau alkohol.
"Dia
membawa pisau dan mengancam akan menggorok leher saya. Dia mengambil
sepatunya dan memukulkannya ke wajah saya hingga kepala saya terhempas
dari satu sisi ke sisi lain".
"Dia menginjak perut dan tangan
saya, serta menendang daerah pribadi saya. Pada akhirnya saya tak bisa
merasakan apa-apa karena mati rasa. Tapi, saya pikir dia menikmatinya".
Suzanne
terbaring di lantai dengan tangan Jason yang mencekik lehernya. Ia bisa
merasakan kalau hidupnya akan berakhir. Namun, Suzanne berusaha sekuat
tenaga untuk lolos.
Ia memaksa kepalanya bangkit dan dia menggigit sekerasnya ke testis Jason.
"Menggigit bolanya bisa menyelamatkan saya".
"Setelah
saya bebas, saya mengiyakan semua yang dia katakan, mengatakan
kepadanya kalau saya mencintainya meskipun kepala saya membengkak dua
kali ukuran normal".
Akhirnya Jason pingsan dan Suzanne lari dari
jendela dengan ketakutan dan berdarah di mana-mana. Seorang tetangga
menolongnya dengan menelepon polisi dan ambulans.
Jason kemudian
dipenjara selama dua tahun penjara dan akan bebas pada Juni ini. Ia tahu
kalau dirinya akan dibunuh Jason, tapi ia tak akan takut lagi.
"Saya akan bertempur sampai mati".
Tak Akan Berubah Seorang
Dokter Carol Cooper mengatakan, kisah yang dialami Suzanne begitu
menyayat hati. Menurutnya, mayoritas korban yang terus menerima
kekerasan pasangannya bisa mengalami masalah emosional. Dan mungkin
korban datang dari rumah tangga yang bermasalah sehingga dikondisikan
untuk menerimanya.
Tak hanya wanita, pria juga menjadi korban.
Tapi, korban harus menyadari kekerasan bukan karena kesalahan dan
pasangan yang berulang kali melakukan kekerasan, karena ia tak akan
pernah berubah kecuali mendapatkan bantuan dari ahlinya.
(Mel/Abd)